Wanita
adalah bagian utama dalam kehidupan dialam semesta, tidak akan baik sebuah
kehiduan tanpa memberi penghormatan kepada mereka.
Dari sini
marilah kita telusuri bagaimana sebenarnya islam memperlakukan kaum hawa, baik
saat menjadi apapun dia, baik saat masih sebagai seorang anak, menjadi ibu,
menjadi saudara wanita, menjadi bibi atau lainnya.
A. Saat
Menjadi Anak
Pada zaman
Jahiliyyah, menjadi anak wanita benar-benar terhina, orang tua mereka tidak
senang dengan kehadirannya bahkan mereka sanggup membunuhnya dengan menguburnya
hidup-hidup. Perhatikanlah gambaran qur'an berikut :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ
بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ
الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ
فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi khabar
dengan kelahiran anak perempuannya, hitamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia
menyembunyikan dirinya dari orang ramai, disebabkan burkanya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menangung
kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam tanah hidup-hidup ? ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.
(QS. An Nahl: 58, 59)
Al Hafidl
Ibnu Hajar menyebutkan
bahwa orang-orang jahiliyyah saat mengubur hidup-hidup anak wanitanya, mereka
menggunakan dua cara :
·
Pertama : Dia memerinthakan istrinya apabila akan
melahirkan supaya berada di dekat sebuah kubangan, lalu apabila
yang lahir adalah laki-laki maka dia membiarkanya, namun apabila perempuan maka
segera dilempar ke kubangan tersebut.
·
Kedua : Ada sebagian lain, yang membiarkan anak
wanitanya hidup sampai sekitar umur enam tahun, lalu saat itu dia berkata
kepada istrinya : “Hiasilah dan berilah wewangian pada anak ini, saya akan ajak
dia mengunjungi kerabat kita”. Ternyata anak tersebut di bawa ke tangah
padang pasir sehingga sampai ke sebuah sumur, lau dia berkata kepada anak
wanita tersebut : Lihatlah kedalam sumur ini.” Dan akhirnya dia mendorong
anaknya sehingga jatuh kedalamnya. (Lihat Fathul Bari 10/421)
Namun hal
itu sangat berbeda dengan islam yang menganggap bahwa kelahiran seorang anak
wanita adalah sebuah kenikmatan agung, dan islam memerintahkan untuk
memperhatikan serta mendidik mereka, dan islam memberikan balasan besar bagi
yang melakukannya.
Rasulullah
bersabda :
عن عقبة بن عامر يقول سمعت رسول الله
صلى الله عليه وسلم يقول من كان له ثلاث بنات فصبر عليهن وأطعمهن وسقاهن وكساهن من
جدته كن له حجابا من النار يوم القيامة
Dari Uqbah bin Amir berkata : “Saya mendengar
Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang mempunyai tiga orang anak wanita
lalu sabar menghadapinya dan memberinya pakaian dari hasil usahanya, maka
mereka akan menjadi penghalang baginya dari nereka.”
(HR. Ibnu Majah : 3669, Bukhori dalam adab
Mufrod : 76 dan Ahmad 4/154 dengan sanad shohih, lihat Ash Shohihah : 294)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ
حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
Dari Anas bin Malik berkata : “Rasulullah bersabda :
“Barang siapa yang memelihara dua anak wanita sehingga baligh, maka dia
akan datang pada hari kiamat dan saat itu saya dan dia seperti ini.” Lalu
Rasulullah menyatukan antara jari-jari beliau.”
(HR. Muslim : 2631)
Dan pada
riwayat lain dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah bersabda :
من كن له ثلاث بنات يؤويهن و يرحمهن و
يكفلهن وجبت له الجنة البتة . قيل : يا رسول الله ! فإن كانت اثنتين ؟ قال : و إن كانت اثنتين . قال : فرأى بعض
القوم أن لو قالوا له : واحدة ؟ لقال
: واحدة
“
“Barang siapa yang memiliki tiga anak wanita
lalu memelihara, mengasih sayanginya dan menanggung hidupnya maka dia
pasti masuk surga. Lalu ada yang bertanya : Ya Rasulullah , bagaimana kalau
hanya dua ? beliau menjawab : Meskipun hanya dua. Maka ada sebagian orang yang
mengatakan bahwa seandainya mereka bertanya : Bagamana kalau Cuma satu, niscaya
Rasulullah akan menajawabnya : Meskipun Cuma satu.
(HR. Ahmad 3/303, lihat Ash Shohihah : 2679)
B. Saat
Menjadi Ibu
Saat seorang
wanita menjadi ibu, maka syariat islam benar-benar menghormati dan
mengagungkannya. Hal ini sangat nampak sekali dengan wajibnya seorang anak
berbakti pada ibunya, berbuat baik padanya, larangan menyakitinya dengan cara
apapun, mendoakan kebaikan baginya serta berbagai hal lain yang membawa
kebahagiaan serta kehormatan dirinya.
Salah satu
gambarannya adalah firman Alloh Ta’ala :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا
إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapamu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah”dan janganlah kamu membentak
keduanya dan ucapanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah : Ya
Allah, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.”
(QS. An Nahl : 23, 24)
bahkan islam
lebih mendahulukan menghormati ibu daripada bapak. Sebagaimana hadits berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي
قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ
أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
Dari Abu Hurairah berkata : “Datang seseorang kepada
Rasulullah lalu bertanya : Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk
saya berbuat baik padanya ?
Rasulullah menjawab : Ibumu,
Dia bertanya lagi : Lalu siapa ?
Rasulullah menjawab : Ibumu,
dia bertanya lagi : Lalu siapa ?
Rasulullh kembali menjawab : Ibumu,
lalu dia bertanya lagi : Lalu siapa? Rosulullah
menjawab : Bapamu.”
(HR. Bukhori : 5971, Muslim : 2548)
Syariat
islam juga menjadikan berbuat bakti kepada orang tua termasuk diantara
amal perbuatan yang paling mulia. Dan ini sangat jelas tergambar dalam beberapa
hadits Rasulullah , diantaranya :
عن عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى
اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ
الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata : ” Saya bertanya
kepada Rasulullah : Apakah amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ?
Rasulullah menjawab : Sholat tepat pada waktunya. Saya bertanya lagi : Lalu apa
? Beliau menjawab : Berbakti kepada kedua oang tua.” Lalu apa lagi : Jihad
fisabilillah.”
(HR. Bukhori : 5970, Muslim : 85)
Islam juga
menjadikan durhaka kepada keduanya termasuk dosa besar, sebagaimana sabda
Rasulullah :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا
قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ
الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ
قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Dari Abdur Rahman bin Abu Bakroh dari bapaknya berkata
: “Rasulullah bersabda : “Maukah kalian saya tunjukkan kepada perbuatan dosa
yang paling besar ? Para sahabat mengatakan : Wahai Rasulullah, Beliau bersabda
: “Berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” Dan saat itu
duduk padahal sebelumnya bersandar : hati-hatilah kalian dengan sumpah palsu.”
Rasulullah selalu mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan : Duh,
seandainya beliau mau diam.
(HR. Bukhori : 5976, Muslim : 87)
C.
Saat Menjadi Istri
Saat seorang
wanita menjadi istri, maka syariat islam pun sangat memperhatikan
hak-haknya serta sangat menghargai dan menghormatinya. Diperintahkan seorang
suami untuk berbuat baik kepadanya, tidak menyakitinya, bersabar atas segala
kekurangannya, berbuat baik kepada keluarganya, memberinya nafkah dengan cara
yang baik, menjaga kehormatannya dan lain sebagainya.
Cukuplah itu
semua masuk dalam perintah Alloh :
“Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang
baik.”
(QS. An Nisa’ : 19)
Dan
perhatikanlah beberapa hadits berikut, niscaya engkau akan mengetahui bagaimana
islam sangat menghormati seorang istri.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ
أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ
أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Dari Abu Hurairah berkata : “ Rasulullah bersabda :
“Berbuat baiklah kalian kepada istri, karena dia diciptakan dari tulang
rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas,
kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkanya namun jika
engkau biarkan maka dia akan selalu bengkok, oleh karena itu berbuat
baiklah kalian kepada para istri.”
(HR. Bukhori : 3331, Muslim : 1468)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
Dari Abu Hurairah berkata : “Rasulullah bersabda
: “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya,
sebaik-baik kalian yang paling baik terhadap istrinya.”
(HR. Ahmad 2/250, Abu Dawud : 4682, Tirmidzi : 1162
dengan sanad shohih)
عن جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّه قال :
قال رسول الله : فَاتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ
أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ
اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا
تَكْرَهُونَهُ فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ
وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Dari Jabir bin Abdillah bahawasannya Rasulullah
bersabda saat khutbah haji wada’ : “Takutlah kalian kepada Allah tentang urusan
istri kalian, karena kalian mengambilnya dengan amanat dari Allah, dan kalian
halalkan farjinya dengan kalimat Allah, maka hak kalian atas mereka adalah agar
mereka kaum istri jangan mengizinkan orang yang kalian benci masuk rumah
kalian, kalau sampai mereka melakukannya maka pukullah mereka dengan pukulan
yang tidak menyakiti, sedangkan hak mereka atas kalian adalah kalian berikan
nafkah serta pakaiannya dengan cara yang baik.”
(HR. Muslim : 1218)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ
مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
Dari Abu Huroiroh berkata : ” Rasulullah bersabda : “Janganlah
seorang mukmin laki-laki membenci seorang wanita mu’minah, karena jika dia
melihat ada akhlaknya yang tidak disenangi, niscaya dia akan menemukan akhlak
lain yang dia senangi.”
(HR. Muslim : 1469)
D. Saat
Sebagai Kerabat
Saat seorang
wanita menjadi kerabat, baik sebagai saudara, bibi , keponakan maupun saudara
sepupu, maka syariat Allah dan Rasulnya pun tetap menghormati dan
mengagungkannya.
Kaum
muslimin diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka, di perintah untuk
menyambung hubungan kekerabatan, menjaga hak-hak mereka serta lainnya.
Perhatikanlah
beberapa nash berikut :
عن المقدام بن معد يكرب أن رسول الله
صلى الله عليه وسلم قال إن الله يوصيكم بأمهاتكم ثلاثا إن الله يوصيكم بآبائكم إن
الله يوصيكم بالأقرب فالأقرب .
Dari Miqdam bin Ma’dikarib bahwasannya Rasulullah
bersabda : “Sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik
kepada ibu-ibu kalian (tiga kali) , Sesungguhnya Allah berwasiat kepada
kalian untuk berbuat baik kepada bapak-bapak kalian, sesungguhnya Allah
berwasiat untuk berbuat baik dengan keluar yang terdekat kemudian yang dekatnya
lagi.
(HR. Bukhori dalam Adab Mufrod : 60, Ibnu Majah : 3661
dengan sanad shohih, lihat Ash Shohihah : 1666)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّحِمَ
شَجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَقَالَ اللَّهُ مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ وَمَنْ
قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ
Dari Abu Huroiroh dari Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya orang yang masih punya hubungan keluarga adalah kerabat erat dari
Allah, maka Allah berfirman : Barang siapa yang menyambungmu maka Aku akan
menyambungnya, dan barang siapa yang memutusmu maka Aku akan memutusnya.”
(HR. Bukhori : 5989, Muslim : 2555)
E. Saat
Menjadi Orang Lain
Sampaipun
saat seorang wanita hanya menjadi orang lain yang tidak memmpunyai hubungan
kekeluargaan dengannya, maka islam masih sangat menghargai dan menghormatinya.
Sebagai
sebuah gambaran mudah. Islam memerintahkan untuk memberikan bantuan saat ada
seorang wanita yang membutuhkan, sebagaimana sabda Rasulullah :
السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ
وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ الْقَائِمِ اللَّيْلَ
الصَّائِمِ النَّهَارَ
“Orang yang berusaha membantu para janda dan
orang miskin maka dia berada dijalan Alloh atau seperti orang yang sholat malam
dan puasa siang hari.”
(HR. Bukhori : 6007, Muslim : 2982)
Penutup
Inilah
sekelumit dari samudra keagungan wanita dalam naungan syariat islam, lalu
setelah ini semua, masihkah ada orang yang berani untuk mengatakan bahwa islam
mendhalimi wanita dan tidak memberikan hak-hak mereka ? Mudah-mudahan Allah
tidak menjadikan kita sebagai orang yang buta hati dan akal. Wallohu a’lam